Jumat, 30 November 2012

TIPS AGAR BLOG KITA RAMAI DIKUNJUNGI

Tips Agar Blog Kita Ramai Dikunjungi

Setelah saya jalan-jalan di beberapa blog akhirnya saya menemukan artikel tips cara menaikan pagerank wordpress yaitu dengan metode MLM backliknk. Ini merupakan tips yang sedang saya cari, ya meskipun saya terlambat, tapi saya akan mencoba demi mendapatkan backlink.. Semangat kawan :D
Mempunyai blog dengan pagerank tinggi itu merupakan salah satu idaman para blogger, ya meski blog yang ane gunakan ini merupakan blog gratisan, tapi ane tetap semangat demi mendapatkan pagerank tinggi supaya sejajar dengan blog yang berbayar. :D bermimpi..
Ane mendapatkan informasi dari para blogger senior tentang tips cara menaikan pagerank wordpress salah satunya adalah dengan cara backlink MLM, seperti yang saya temukan di specs-notebook.
Tips cara menaikan pagerank wordpress dengan backlink MLM yang memanfaatkan kedahsyatan faktor kali. Nggak perlulah berlama-lama membahas MLM ini. Sekarang lebih baik saya mengajak anda semua untuk memanfaatkan kedahsyatan faktor kali dan kecepatan penyebaran ini dalam bentuk backlink.
Berikut adalah cara menaikan pagerank wordpress :
1. Saung Bisnisku
4. Belajar dan Berbagi
9. Abdul Rahman Masiga
10. Scolae Foundation

Hapus link yang No.1 terus pindahkan no.2 menjadi no.1 , no.3 menjadi no.2 dan seterusnya terus pas bagian no.10 ganti sama link blog sobat.
Cara detailnya adalah sebagai berikut :
1. Buat postingan seperti ini atau copy paste aja artikel ini termasuk copy link location nya, terus hapus peserta No.1 dari daftar. Sehingga semua peserta naik 1 level. Yang tadi nomor 2 jadi nomor 1, nomor 3 jadi 2, dst.
2. Kemudian masukkan link anda sendiri di bagian paling bawah (nomor 10).
3. Sebarkan artikel ini atau cari minimal 5 orang untuk gabung. Lebih banyak tentu lebih baik, Jika tiap peserta mampu mengajak 5 orang saja, maka jumlah backlink yang akan didapat adalah :
Ketika posisi anda 10 jumlah backlink = 1 , Posisi 9 jml backlink = 5 , Posisi 8 jml backlink = 25, Posisi 7 jml backlink = 125, Posisi 6 jml backlink = 625, Posisi 5 jml backlink = 3.125 , Posisi 4 jml backlink = 15.625, Posisi 3 jml backlink = 78.125, Posisi 2 jml backlink = 390.625, Posisi 1 jml backlink = 1.953.125. Dan semuanya menggunakan kata kunci yang anda inginkan. Dari sisi SEO anda sudah mendapatkan 1.953.125 backlink dan efek sampingnya jika pengunjung Blog atau Web para downline anda mengklik link itu, anda juga mendapatkan traffik tambahan.
Nah sekarang silahkan buat anda semua para blogger copy pastekan artikel ini di blog anda dan ganti no.10 dengan blog anda. Ingat anda harus mulai dari posisi ke.10 agar hasilnya maksimal, Karena jika anda tiba2 di posisi 1, maka link anda akan hilang begitu ada yang masuk ke posisi 10 .

Rabu, 14 November 2012


Mencari Sosok Bupati Ideal
Oleh: A. Rahman Masiga
Amirul Mukminin Umar bin Khattab pernah menangis selama satu pekan mendengar laporan dari masyarakatnya bahwa ditemukan seekor kambing mati di sungai yang masih berada di wilayah kekuasaannya sebagai khalifah ke-2  zaman khulafaurrasyidin. Pada kesempatan lain pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab juga. Amru bin Ash pernah menolak tawaran dari Umar untuk menjadi gubernur Mesir yang merupakan wilayah kekuasaan Islam pada waktu itu karena khawatir tidak dapat memikul amanah yang sangat berat sebagai pemimpin. Sahabat Rasulullah yang juga terkenal sebagai bisnisman kaya raya Abdurrahman bin ‘Auf juga pernah membuang kesempatan “emas” untuk menggantikan Umar bin Khattab menjadi khalifah yang ke-3 sehingga kemudian majelis yang dibentuk oleh Umar ra. Sepakat menunjuk Usman bin Affan sebagai pengganti Umar ra. Mungkin kita juga pernah mendengar mantan Perdana Menteri Jepang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pertanggungjawaban moral kepada publik  Jepang karena terjadi konflik internal di partainya. Dan tak kalah menarik salah seorang pejabat Negara di Eropa mengundurkan diri dari jabatannya hanya karena melanggar peraturan lalu lintas.
Itu semuanya sekelumit kisah menarik dan penuh makna yang perlu kita cermati dan pelajari. Hal ini merupakan salah satu dari banyak kisah dan cerita pemimpin yang memiliki mental, jiwa dan moral kepemimpinan. Semasa hidup orang-orang tidak akan memngingat apa yang kita lakukan untuk diri kita, tetapi orang akan mengingat apa yang kita lakukan pada orang lain, mereka menjadi pewaris dari karya-karya yang telah kita lakukan sepanjang hidup. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki capaian besar yakni prestasi cemerlang untuk rakyatnya bukan bangga dengan apa yang telah diraihnya untuk diri mereka sendiri namun dikarenakan apa yang telah diberikan untuk rakyatnya.
Rakyat akan bangga memiliki pemimpin dengan gelar akademis yang bagus, kemampuan pengetahuan agama yang baik, fasilitas serba lengkap serta bangga dengan pemimpin hidupnya memiliki makna tatkala menjabat sebagai pemimpin. Tetapi masyarakat akan lebih bangga dengan pemimpin yang membuat mereka (masyarakat) memiliki gelar akademis yang dapat memberi manfaat, mendorong kehidupan keber-agama-an lebih mewarnai keseharian masyarakat, dan menjadikan mereka memiliki fasilitas hidup yang cukup dan menjadikan hidup mereka semakin bermakna. Pemimpin harus tahu posisinya dimata rakyatnya. Pemimpin adalah pelayan bukan untuk dilayani. Pemimpin sebagai tempat acuan dan tunjuk ajar serta tempat menyelesaikan masalah secara strategis bukan sebagai sumber masalah.
Kisah Umar bin Khattab dan beberapa pemimpin diatas merupakan sikap dan mental  juga moral penguasa yang ingin memberikan makna kepada yang dipimpinnya. Makna disini adalah warisan manfaat yang ditinggalkan oleh pemimpin kepada rakyatnya.
Nah, apa jadinya sebuah negeri jika pemimpinnya tak mampu mewariskan makna itu kepada rakyatnya?. Alamat centang perenanglah negeri ini kalau lah amanah sudah disalahgunakan. Waktu yang telah diberikan bukan untuk menyenangkan rakyat tapi ternyata hanya menyenangkan orang-orang terdekat. Oleh karena itu pemimpin yang menjadi guru dan tauladanlah yang harus menjadi pemimpin kita kedepan, pemimpin yang benar-benar memiliki komitmen dan kesungguhan yang tinggi untuk memimpin kita. Ini bisa dilihat dengan keikhlasan dalam memimpin yakni semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT. Seperti menerima kritik dengan senang hati bahkan selalu ingin dikritik.
Dalam riwayat, Umar al Faruk pernah pergi ke sahabatnya hanya untuk minta kritik. Tapi, beliau lalu marah-marah karena sahabatnya tidak menemukan kekurangan dalam diri Umar. Pemimpin kita hari ini tak usahlah menuju orang untuk dikritik. Tetap di rumah dan di kantor saja sudah banyak yang datang untuk mengkritik. Lalu bagaimana kritik ini menjadi suatu harapan dan santapan yang enak untuk membangun kepribadian dan mental pemimpin.
Seorang pemimpin harus mengerti tugas dan hakikat menjadi pemimpin. Pemimpin tugasnya untuk mengangkat derajat dan martabat masyarakatnya bukan sebaliknya. Pemimpin harus berprinsip apa yang diberikan bukan apa yang harus didapatkan. Pemimpin juga harus siap menderita dengan segala konsekwensinya dicaci, dihina dan dibenci demi menjalankan kebenaran. Bukankah kata orang bijak bahwa jalan pemimpin adalah jalan derita?...  Mari kita lihat sejarah manusia yang paling berpengaruh di dunia ini yaitu Nabi Muhammad SAW pernah mendapat cacian dan hinaan dari masyarakat bahkan pernah dilempar batu, beliau tidak merasa capek, kecewa atau berhenti dari aktifitasnya dan yang lebih luar biasanya. Beliau tidak memiliki dendam dengan para musuhnya. Sebuah logika kepemimpinan, pemimpin yang membangun masyarakatnya berangkat dari kondisi yang serba sulit dibawah tekanan serta kritikan orang akan menghiasi kepemimpinan yang kokoh secara prinsip.
Kita tidak terlalu berharap untuk pemimpin Inhil/Riau kedepan adalah orang-orang yang memiliki kualitas dan kualifikasi seperti pemimpin-pemimpin besar yang pernah ada. Tetapi kita juga tidak ingin memiliki pemimpin yang kualits dan kualifikasinya jauh dari apa yang diharapkan. Kita pasti berharap pemimpin nanti adalah individu yang memilki kepekaan social tinggi dengan masyarakatnya. Kriterianya, pertama, tidak menghamburkan uang dengan agenda-agenda seremonial yang menelan anggaran cukup besar dengan mengabaikan sector lain yang lebih penting seperti pembangunan ekonomi dan pendidikan. Kedua, tidak menganggarkan fasilitas yang berlebihan kepada pejabat dibandingkan apa yang telah didapatkan oleh masyarakat dengan kemiskinan, seperti kehidupan para pejabat yang penuh fasilitas berbeda jauh dengan masyarakat yang seharusnya lebih pantas  untuk menikmati hasil daerah dibandingkan para pejabat daerah. Ketiga, lebih sering turun kebawah dari pada bertandang keatas, karena tidak meratanya pembangunan Riau/Inhil pada hari ini dikarenakan ketidakadilan pembangunan. Wajar kalau hari ini wacana pemekaran kabupaten merupakan gejolak-gejolak yang senantiasa ada.
Tentu menjadi harapan kita pemimpin yang berhasil dalam memimpin memberikan warisan manfaat kepada masyarakat pada ujung kehidupannya tidak mengalami nasib tragis, dihina, dihujat dan sebagainya. Orang sangat mudah melupakan kebaikan kita, kebaikan yang dibina selama bertahun-tahun selama memimpin menjadi sirna dengan satu tindakan kita yang menyakitkan masyarakat. Ibarat susu sebelanga rusak karena nila setitik. Semasa Berjaya kita dielu-elukan dengan tari sekapur sirih, kompang dan tepuk tepung tawar, silat dan persembahan lainnya.
Namun tatkala kita jatuh, semua orang berusaha mengungkit kesalahan kita. Banyak pejabat kalau sudah jadi mantan selalu penjara menjadi tempat singgahnya. Makanya banyak yang takut jadi mantan (kira-kira begitu). Bak pepatah modern, “di Eropa masuk penjara dulu baru jadi pemimpin. Di Indonesia pemimpin dulu baru masuk penjara.”
Semoga itu semua menjadi cerminan ke depan bagi pemimpin kita (termasuk  juga bagi mereka yang ingin memilih pemimpin). Pemimpin yang memiliki mental dan moral kepemimpinan bermula dari keberhasilan memimpin dirinya untuk senantiasa terhindar dari malapetaka akibat dosa dan maksiat kepada Allah SWT. Karena kepribadian yang bersih akan memberi nilai kepada yang dipimpinnya. Mungkin terlalu ideal untuk standar pemimpin Inhil bahkan Riau ke depan, tetapi  tidak ada salahnya kita mengambil  pelajaran dan hikmah  terhadap pemimpin dari kisah-kisah terdahulu.

Selasa, 16 Oktober 2012

Berteman dan Menemani Pemimpin: Strategi Meraih Jabatan Secara Elegan

Era otonomi daerah diterjemahkan  sebagai era kebebasan mengatur semua potensi sumber daya yang dimiliki daerah, sehingga sistem pemerintahan terkesan mengarah kepada sistem dinasti kekuasaan.

Siapa yang berkuasa, maka ia akan mengatur kekuasaan, baik itu gubernur, bupati dan wali kota, sampai dengan pejabat di bawahnya. Saking enaknya menjadi pejabat yang berkuasa, maka kalaulah diperbolehkan undang-undang seseorang  akan berupaya untuk mempertahankan kekuasaannya seumur hidup.

 Siapa yang tidak tergiur  menjadi pejabat public mengingat semua fasilitas hidupnya telah dijamin oleh negara. Mulai dari urusan kamar mandi, urusan dinas sampai dengan urusan kebahagiaan  pribadi pun ikut diurus oleh negara.

Ia dihormati, disegani, bahkan dimanjakan oleh masyarakat dan juga pegawainya. Ia pun akan menikmati fasilitas yang sangat mewah dan kemegahan hidup luar biasa, di samping itu pendapatan lain dari kue APBD pun  bakalan melimpah.

Belum lagi adanya program studi banding dan perjalanan dinas keliling Indonesia atau bahkan keliling dunia, sambil rekreasi membawa keluarga.

Menguji Kualitas Pemimpin
Setelah sekian kali pemerintah menggelar proses pemilihan kepala daerah dan wakil rakyat secara langsung, tentunya masyarakat bisa menilai kualitas pemimpin yang terlahir dari proses Pemilukada.

Fakta yang teramati pada awal masa kepemimpinannya sangat menggebu-gebu, namun sayang idenya tidak mampu diimplementasikan dalam wujud karya nyata.  Sang pemimpin terlena dengan impian belaka, sehingga apa yang dikampanyekan pada penyampaian visi dan misi hanya berupa wacana tanpa adanya langkah eksekusi yang pasti.

Mereka  hanya berputar-putar atau pun berjalan tertatih-tatih dalam melakukan eksekusi, karena mendapatkan hambatan internal yang luar biasa beratnya terutama terkait dengan imbal jasa terhadap tim sukses.

Mereka punya mimpi, namun sayang mimpinya hanyalah bersifat abstraktif dan tidak memiliki bentuk yang bisa divisualisasikan. Bahkan ada pemimpin yang tidak memiliki energi positif untuk mengejar mimpinya setelah ia duduk di kursi emas singgasana kekuasaan.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bilamana ada sejumlah pemimpin hasil dari proses Pemilukada ternyata kualitas kepemimpinannya dipertanyakan banyak kalangan. Hal ini terjadi karena beberapa hal berikut.

Pertama, pemimpin sedari awal tidak mempunyai niat untuk melakukan pengabdian pada negeri ini. Yang ia targetkan bagaimana ia bisa duduk sebagai pemimpin, meskipun ia harus berjuang dengan segala pengorbanan demi meraih cita-cita.

Setelah ia terpilih  duduk menjadi pejabat  maka dengan segala cara berusaha untuk mengembalikan modal awal plus keuntungan yang sangat besar. Ia  tidak tertantang dengan tugas kepemimpinan yang sebenarnya.

Kedua, sang pemimpin penuh keraguan dan kegamangan dalam mengambil keputusan strategis. Semua serba lamban dan lambat sehingga berdampak pada rendahnya kinerja pemerintah. Kondisi tersebut terjadi karena terlalu banyak bisikan dari orang-orang dekat yang merasa berjasa untuk meminta imbal beli kekuasaan.

Ia tidak berani mengambil keputusan strategis berdasar pemikiran logis dirinya, ia selalu khawatir dengan keputusan yang diambilnya tidak mendapat dukungan dari tim yang telah mendukungnya.

Ketiga, sang pemimpin salah merekrut pejabat yang akan membantu dalam pekerjaannya. Banyak pemimpin yang mengalami kegagalan  disebabkan oleh ulah anak buahnya yang tidak bekerja optimal dan  kurang kompeten.

Banyak anggota tim yang telah berjasa diangkat sebagai pejabat , namun ternyata ia hanya mengandalkan pada surat keputusan (SK) yang menjadi haknya untuk memimpin, tanpa didasarkan pada upaya meningkatkan kredibilitas dan prestasi kerja yang handal dan profesional.

Hasilnya dengan  berbekal SK itulah banyak pemimpin yang menyalahgunakan wewenangnya dan berujung pada persoalan hukum.  Pemimpin sejati adalah pemimpin yang sanggup menderita demi untuk memakmurkan rakyatnya.

Keempat, sang pemimpin  memiliki kelemahan dalam mengenali dan melakukan koreksi sedini mungkin terhadap  kesalahan-kesalahan yang ada di sekitarnya, termasuk koreksi kesalahan yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri.

Sang pemimpin tidak mampu memahami isu-isu penting dalam kompleksitas situasi yang ada sesuai dinamikia perkembangan masyarakat yang sangat dinamis.

Kelima, pemimpin tidak fokus dan kurang mampu memimpin secara kolektif terhadap  seluruh jajaran tim manajemen. Sehingga setiap hari kebanjiran permasalahan yang terus bertumpuk tanpa ada penyelesaian yang tuntas.

Pemimpin tidak menyenangi implementasi dan jarang melakukan evaluasi dan tidak mendorong anak buah mendapatkan inspirasi. Lebih celaka lagi, sang pemimpin cepat puas dengan setiap jawaban awal yang disampaikan anak buahnya tanpa menyadari bahwa jawaban awal anak buah sekadar jawaban asal-asalan.

Keenam, sang pemimpin sendiri enggan membangun sebuah sistem yang kondusif yang bisa mendorong orang di seputarnya  untuk bisa memberikan kontribusi terbaiknya. Sang pemimpin sering dihadapkan dengan persoalan politis, sehingga cenderung menjalankan praktik-praktik diskriminasi yang tidak profesional.

Yang dipikirkan oleh mereka adalah bagaimana ia bisa mempertahankan tahta kekuasaannya,  bukan bagaimana membangun negeri ini menjadi lebih maju dan berkembang pesat.

 Ketujuh, sang pemimpin memiliki agenda pribadi yang tersembunyi sehingga secara intelektual kurang jujur dalam menjalankan  wewenang kepemimpinannya. Agenda pribadi sering bertabrakan dengan nilai-nilai idealisme, sehingga melahirkan keputusan yang kontroversial.

Menemani Pemimpin
Kepemimpinan adalah amanah yang diberikan Tuhan yang nantinya  harus di pertanggungjawabkan, karena itu siapapun Anda, di manapun Anda berada, dan apapun jabatan Anda, kiranya harus menyadari tentang prinsip kepemimpinan.

Kepemimpinan bukan semata-mata persoalan memimpin negara atau partai politik. Memimpin diri sendiri adalah persyaratan sebelum kita  dapat memimpin orang lain. Pisahkan kepemimpinan dari segala yang ada di luar kita, pangkat, jabatan, kedudukan, dan sebagainya.

Kepemimpinan adalah sikap, tindakan, dan perilaku , kebiasaan dan karakter itu sendiri. Proses untuk menjadi seorang pemimpin sejati tidaklah mudah dan memerlukan waktu yang relatif lama. Anda harus menjalani dari hari ke hari, menumbuhkan kebiasan yang baik dan mengembangkannya hingga menjadi karakter.

Untuk itu tidak ada cara yang cepat,  karier dalam kepemimpinan tidak dapat dikarbit, tetapi harus dijalani tahap demi tahap. Pemimpin yang dikarbit adalah pemimpin yang semu, ia tidak langgeng. Kejatuhannya hanyalah menunggu waktu.

Anehnya manajemen karir pada struktur birokrasi pemerintah era otonomi daerah tampaknya tidak terpola secara baik, sehingga siapa saja dan kapan saja bisa meraih posisi jabatan yang diinginkan.

Pola karir, jalur karir,   perencanaan karir dan  manajemen karir sudah ditinggalkan,  dan kini  digantikan model pengembangan karir melalui  sistem Pemilukada.  Model ini memberikan peluang kepada siapa saja yang berminat untuk menjadi pejabat, asalkan memahami bagaimana cara cerdas bisa ikut menemani sang pemimpin.

 Kita bisa melihat  betapa sibuknya para pejabat atau  orang-orang yang ingin mengejar jabatan  menemani pemimpin ke mana pun pemimpin pergi. Ada  maksud tertentu di balik menemani sang pemimpin besarnya.

Saking banyaknya orang yang menemaninya  akhirnya sang pemimpin mengalami kebingungan tentang apa yang seharusnya dilakukan,  sehingga kerja sang pemimpin hanya berkutat pada aktivitas-aktivitas yang berbau seremonial kepemimpinan.

Sang pemimpin lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang-orang yang “disenangi”, walaupun orang-orang tersebut tidak menunjukkan kontribusi apa pun selain setia “menemani” ke mana pun sang pemimpin pergi.

Pemimpin seperti ini hanya melakukan aktivitas rutin tanpa makna sama sekali. Ironisnya lagi konon kabarnya penyusunan kabinet yang akan ditempatkan pada berbagai posisi didiskusikan terlebih dahulu secara matang dengan teman-teman yang setia menemani.

Pertanyaannya, apakah kepemimpinan seperti dapat dipertanggungjawabkan? Sebenarnya yang kita cari adalah pemimpin yang memiliki karakter, memiliki komitmen, mampu bekerja sama dengan tim, mempunyai kompetensi dan ia memegang teguh konsistensi.

Pertanyaannya, apakah para pemimpin  yang saat ini duduk di singgasana kekuasaan memenuhi kriteria tersebut?***

                          
Artikel ini awalnya merupakan tulisan Machasin, Dosen Program Magister Manajemen FE Unri.

Rabu, 29 Agustus 2012

Diperiksa KPK, Gubernur Riau Diam Seribu Bahasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gubernur Provinsi Riau, Rusli Zainal, menjalani pemeriksaan penyidik KPK di gedung lembaga antikorupsi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Kamis (30/8). Kapasitas pemeriksaan atas dirinya itu adalah sebagai saksi untuk perkara dugaan suap perubahan Peraturan Daerah (Perda) No. 6 Tahun 2010 tentang venue menembak PON XVIII di Pekanbaru, Riau.
Rusli Zainal memasuki Gedung KPK sekitar pukul 09.00 WIB atau lebih cepat 30 menit dari waktu yang dijadwalkan. Gubernur Riau itu memenuhi panggilan penyidik KPK dengan mengenakan batik berwarna kuning dan celana panjang bahan berwarna hitam.
Sebagaimana sebagian besar saksi yang bungkam saat memasuki Gedung KPK, Rusli Zainal pun melakukan hal yang sama dalam perjalanannya menuju pintu masuk KPK. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika melangkahkan kaki menuju ruang dalam Gedung KPK.
Dari pantauan Republika, Rusli Zainal sempat duduk di ruang tunggu KPK dan berbincang-bincang dengan seorang pria yang menemaninya datang ke Gedung KPK sebelum memasuki ruang penyidik. Selang 30 menit, Ketua Panitia Besar penyelenggaraan PON Riau itu terlihat memasuki sebuah koridor dalam gedung untuk menjalani pemeriksaan KPK.
Terkait pembangunan tempat perhelatan olah raga untuk PON di Riau, Gubernur Riau Rusli Zainal disebut-sebut memiliki kaitan dalam dugaan perkara pemberian dana sebesar Rp 1,8 miliar kepada anggota DPRD Riau.
Rusli Zainal disebut-sebut memberi perintahkepada Kadispora Riau yang kini menjadi tersangka, Lukman Abbas, untuk menghubungi pihak proyek yang kemudian mengupayakan pemberian uang lelah pelolosan proposal tambahan dana PON itu kepada anggota dewan Provinsi Riau.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gubernur Provinsi Riau, Rusli Zainal, menjalani pemeriksaan penyidik KPK di gedung lembaga antikorupsi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Kamis (30/8). Kapasitas pemeriksaan atas dirinya itu adalah sebagai saksi untuk perkara dugaan suap perubahan Peraturan Daerah (Perda) No. 6 Tahun 2010 tentang venue menembak PON XVIII di Pekanbaru, Riau.
Rusli Zainal memasuki Gedung KPK sekitar pukul 09.00 WIB atau lebih cepat 30 menit dari waktu yang dijadwalkan. Gubernur Riau itu memenuhi panggilan penyidik KPK dengan mengenakan batik berwarna kuning dan celana panjang bahan berwarna hitam.
Sebagaimana sebagian besar saksi yang bungkam saat memasuki Gedung KPK, Rusli Zainal pun melakukan hal yang sama dalam perjalanannya menuju pintu masuk KPK. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun ketika melangkahkan kaki menuju ruang dalam Gedung KPK.
Dari pantauan Republika, Rusli Zainal sempat duduk di ruang tunggu KPK dan berbincang-bincang dengan seorang pria yang menemaninya datang ke Gedung KPK sebelum memasuki ruang penyidik. Selang 30 menit, Ketua Panitia Besar penyelenggaraan PON Riau itu terlihat memasuki sebuah koridor dalam gedung untuk menjalani pemeriksaan KPK.
Terkait pembangunan tempat perhelatan olah raga untuk PON di Riau, Gubernur Riau Rusli Zainal disebut-sebut memiliki kaitan dalam dugaan perkara pemberian dana sebesar Rp 1,8 miliar kepada anggota DPRD Riau.
Rusli Zainal disebut-sebut memberi perintahkepada Kadispora Riau yang kini menjadi tersangka, Lukman Abbas, untuk menghubungi pihak proyek yang kemudian mengupayakan pemberian uang lelah pelolosan proposal tambahan dana PON itu kepada anggota dewan Provinsi Riau.
www.republika.co

Minggu, 22 April 2012

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: Benarkah Untuk Mencerdaskan

Penulis: Ade Fadli
Hari Pendidikan Nasional yang diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya telah menjadi momentum untuk memperingatkan segenap negeri akan pentingnya arti pendidikan bagi anak negeri yang sangat kaya ini. Di tahun 2003, telah dilahirkan pula Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui UU No. 20 tahun 2003 yang menggantikan UU No. 2 tahun 1989. Tersurat jelas dalam UU tersebut bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Bila merujuk pada Undang-Undang Dasar 1945, tersebutkan dalam pasal 31 ayat 1 bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan pada ayat 2 disebutkan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Dan dalam UU No. 20/2003 pasal 5, bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus, warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus serta setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Peran masyarakat dalam pendidikan nasional, terutama keterlibatan di dalam perencanaan hingga evaluasi masih dipandang sebagai sebuah kotak keterlibatan pasif. Inisiatif aktif masyarakat masih dipandang sebagai hal yang tidak dianggap penting. Padahal secara jelas di dalam pasal 8 UU No. 20/2003 disebutkan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Peran serta masyarakat saat ini hanyalah dalam bentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, dimana proses pembentukan komite sekolahpun belum keseluruhannya dilakukan dengan proses yang terbuka dan partisipatif.
Kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan dasar pun hingga saat ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Masih terlalu banyak penduduk Indonesia yang belum tersentuh pendidikan. Selain itu, layanan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu pun masih hanya di dalam angan. Lebih jauh, anggaran untuk pendidikan (di luar gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan) di dalam APBN maupun APBD hingga saat ini masih dibawah 20% sebagaimana amanat pasal 31 ayat 4 UUD 1945 dan pasal 49 UU No. 20/2003, bahkan hingga saat ini hanya berkisar diantara 2-5%.
Bila melihat peristiwa yang belum lama terjadi di Indonesia, misalnya kasus tukar guling SMP Negeri 56 Jakarta serta kasus Kampar adalah sebongkah cerminan dari kondisi pendidikan di Indonesia, dimana kalangan pendidik dan kepentingan pendidikan masihlah sangat jauh dari sebuah kepentingan dan kebutuhan bersama, dimana pendidikan masih menjadi korban dari penguasa.
Sementara di berbagai daerah, pendidikan pun masih berada dalam kondisi keprihatinan. Mulai dari kekurangan tenaga pengajar, fasilitas pendidikan hingga sukarnya masyarakat untuk mengikuti pendidikan karena permasalahan ekonomi dan kebutuhan hidup. Pada beberapa wilayah, anak-anak yang memiliki keinginan untuk bersekolah harus membantu keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup karena semakin sukarnya akses masyarakat terhadap sumber kehidupan mereka.
Belum lagi bila berbicara pada kualitas pendidikan Indonesia yang hanya berorientasi pada pembunuhan kreatifitas berpikir dan berkarya serta hanya menciptakan pekerja. Kurikulum yang ada dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini sangat membuat peserta didik menjadi pintar namun tidak menjadi cerdas. Pembunuhan kreatifitas ini disebabkan pula karena paradigma pemerintah Indonesia yang mengarahkan masyarakatnya pada penciptaan tenaga kerja untuk pemenuhan kebutuhan industri yang sedang gencar-gencarnya ditumbuhsuburkan di Indonesia.
Sistem pendidikan nasional yang telah berlangsung hingga saat ini masih cenderung mengeksploitasi pemikiran peserta didik. Indikator yang dipergunakanpun cenderung menggunakan indikator kepintaran, sehingga secara nilai di dalam rapor maupun ijasah tidak serta merta menunjukkan peserta didik akan mampu bersaing maupun bertahan di tengah gencarnya industrialisasi yang berlangsung saat ini.
Pendidikan juga saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi sebagai sebuah upaya pembangkitan kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai. Belum lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar, telah menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak mau semakin membuat rakyat yang tidak mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi. Ironinya, ketika ada inisiatif untuk membangun wadah-wadah pendidikan alternatif, sebagian besar dipandang sebagai upaya membangun pemberontakan.
Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang mengebiri ketiga hal tersebut hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya manusia yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan menjadikan Indonesia tetap terjajah dan tetap di bawah ketiak bangsa asing.
Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana sistem pendidikan di Indonesia menciptakan anak bangsa yang memiliki sensitifitas terhadap lingkungan hidup dan krisis sumber-sumber kehidupan, serta mendorong terjadinya sebuah kebersamaan dalam keadilan hak. Sistem pendidikan harus lebih ditujukan agar terjadi keseimbangan terhadap ketersediaan sumberdaya alam serta kepentingan-kepentingan ekonomi dengan tidak meninggalkan sistem sosial dan budaya yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Hari Pendidikan Nasional tahun ini di tengah-tengah pertarungan politik Indonesia sudah selayaknya menjadi sebuah tonggak bagi bangkitnya bangsa Indonesia dari keterpurukan serta lepasnya Indonesia dari ?penjajahan?? bangsa asing. Sudah saatnya Indonesia berdiri di atas kaki sendiri dengan sebuah kesejahteraan sejati bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sumber: http://www.timpakul.web.id

Usaha Sistematis untuk Mendistorsi Sejarah

Agus Sunyoto: Ada Usaha Sistematis Untuk Menghilangkkan Walisongo

Perjuangan Walisongo merupakan fakta sejarah dalam penyebaran Islam di Nusantara, khususnya pulau Jawa. Keberhasilannya yang gemilang tak lepas dari strategi mereka melalui jalur kultural. Tak ada pertumpahan darah dan inkuisisi.
Karena itulah perjuangannya selalu dikenang. Makamnya selalu diziarahi oleh segenap muslim. Tapi perjuangan sembilan ulama tersebut, dianggap sepi oleh sekelompok orang. Hal itu terbukti dengan absennya Walisongo dari Ensiklopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Agus Sunyoto sebagai salah seorang sejarawan Nusantara merasa kuatir dengan kondisi ini. Menurutnya, lambat-laun sejarah Walisongo bisa hilang dari ingatan orang, atau bisa jadi dianggap dongeng belaka.
Kekuatiran Wakil Ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi-NU) ini membuahkan buku berjudul “Walisongo Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan” setebal 282 halaman.
Ketika Agus Sunyoto berkunjung ke kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Rabu, (15/2) Abdullah Alawi dari NU Online berhasil mewawancarainya seputar penulisan buku itu. Berikut petikannya.
Belum lama ini mas Agus menulis buku Wali Songo, Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan. Apa tujuan menulis buku itu?
Awalnya ketika saya membaca buku Ensiklopedi Islam terbitan Van Hoeve itu. Ternyata entri Walisongo tidak ada. Demak itu hanya disinggung dua. Kesultanan Demak dan masjid Demak. Itu pun singkat sekali. Yang muncul malah tiga serangkai Wahabi yang membawa faham Wahabi ke Indonesia. Haji Miskin, Haji Sumanik, Haji Piabang sebagai pembawa ajaran Islam.
Reputasi orang itu dalam sejarah perjuangan menyebarkan Islam itu bagaimana?
Yang menimbulkan pecahnya Perang Paderi. Reputasi apa? Orang yang berbeda pandangan dipateni (dibunuh, red).
Kalau kita baca Ensiklopedi Islam itu, secara tidak langsung, kita diarahkan untuk menganggap bahwa Islam yang disebarkan Nusantara itu oleh Wahabi. Begitu, ya?
Iya. Dan itu yang dimasukkan. Itu kan golongan Sumatera Tawalib. Orang sana itu, madrasah-madrasah Wahabi itu, Persis itu masuk, al-Irsyad itu masuk. Resulusi Jihad itu nggak ada. Komite Hijaznya NU itu nggak ada.
Efeknya bagi masyarakat itu apa, Pak?
Ya lambat-laun Walisongo dianggap nggak pernah ada. Islam yang ada sekarang itu dianggap ahistori.
Indikasi apa itu mas?
Kita tinggal menunggu dua puluh tahun lagi. Kalau Walisongo itu sudah tidak ditulis di ensiklopedi, dua puluh tahun lagi, sudah jelas dianggap dongeng. Tidak ada kenyataannya. Tidak diakui. Eksistensinya tidak diakui.
Itu memang sistematis?
Iya sistematis. Ada usaha sistematis untuk menghilangkkan Walisongo.
Tujuan mereka itu apa?
Ya, mereka kan menganggap Walisongo itu tidak sefaham dengan mereka dan mereka membikin seolah-olah yang membawa (Islam) ke sini adalah Wahabi. Tapi itu artinya Islam baru berkembang 1803. Sebelum itu, nggak ada Islam berarti. Itu pemalsuan sejarah. Pemalsuan sejarah yang tidak cerdas!
Apa karena tipikal Walisongo yang menyebarkan Islam melalui pendekatan budaya? Dan itu bersebrangan dengan faham mereka?
Iya. Mereka kan kalau perlu, semua yang bersebrangan faham dengan mereka kan dibunuh saja. Bahwa faham merekalah yang benar. Karena mereka menghalalkan segala cara. Kalau bukan golongan mereka, ya disingkirkan. Sayangnya mereka minoritas.
Dalam sejarah, Islam yang diterima di masyarakat itu selalu pendekatan budaya. Tidak cuma Walisongo. Di Sumatera ada tokoh Aria Damar. Dia kan asalnya penganut Shiwa Budha. Dakwah Islam di Palembang dan sekitarnya itu, ketika yang dakwah itu orang yang dari Arab Said Syarif Hidayatullah itu, itu nggak ada orang yang mau menerima.
Said Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati?
Bukan, mertuanya Ario Damar. Nah, ketika Ario Damar yang mengajak kepada orang-orang yang menganut Budha, baru mereka berkenan mengikuti Islam.
Strateginya bagaimana? Seperti Walisongo juga?
Iya.
Pendekatan budaya juga?
Iya. Begini, semua orang nggak mau ketika yang menyebarkan Islam itu Syarif Hidayatullah. Kenapa? Palembang itu pusatnya Sriwijaya beratus-ratus tahun. Di situ Budha. Bagaimana caranya bisa Islam? Baru bisa setelah Ario Damar yang menganut Shwa Budha itu memeluk Islam dan mengajak orang. Tetap dengan pendekatan kultural. Apa dengan mengajarkan ilmu, pertanian, kesenia. Banyak. Ario Damar itu kan raja muda di sana. Mesti lewat budaya, macam-macam.
Di daerah lain juga mesti yang diterima itu dengan pendekatan budaya? Sulawesi, Kalimantan juga?
Iya. Contohnya di Jawa. Sunan Ampel itu datang dari Campa, Vietnam. Dia nggak begitu paham budaya Jawa. Menikah dengan orang Jawa, melahirkan anak: Sunan Bonang, misalnya. Dia dididik sebagai keluarga bangsawan Jawa. Dari keluarga ibunya kan. Karena itu dia bisa menulis tembang macam-macam. Sunan Ampel nggak bisa. Nggak ada warisannya karena memang bukan orang Jawa.
Jadi, orang pribumi yang berkreasi?
Iya. Orang pribumi.
Mas, Kelebihan buku ini, menurut mas Agus sendiri dibanding dengan buku-buku lain yang menulis Walisongo.
Buku-buku Walisongo itu kan ditulis dalam bentuk dongeng, cerita-cerita, legenda. Nah, saya masukkan inskripsi-inskripsi yang ada di makam-makam, misalnya makam Malik Ibrahim, ada. Atau prasatinya. Kapan tokoh itu, siapa tokoh itu? Bukan berdasarkan dongeng.
Setiap makam itu ada inskripsinya ya?
Nggak. Nggak setiap makam ada. Tapi beberapa makam ada inskripsinya.
Itu kan ensiklopedi yang terbit tahun 1995, kenapa baru direspon sekarang?
Karena ngak tahu. Belum pernah baca itu. Baru tahun tahun 2010.
Bagaiamana ketemunya Van Hoeve sama Wahabi? Persinggungannya itu?
Mungkin aja Van Hoeve nggak paham. Karena dia cuma penerbit. Orang-orang yang menulisnya. (Agus Sunyoto menyebutkan para penulisnya)
—-
diambil dari nu.or.id

Sabtu, 21 April 2012

Pembentukan Kab. Indragiri Selatan maju selangkah

Gubri Setuju Pemekaran Inhil Selatan - Riaupos.co
Pembentukan Indragiri Selatan (Insel) sebagai daerah otonom baru mengalami kemajuan satu langkah setelah disetujuinya rekomendasi pemekaran oleh Gubernur Riau. Meskipun demikian jalan yang akan dilalui masih cukup panjang dan terjal karena setelah ini proses di legislatif juga akan memakan waktu yang lama dan mungkin sedikit berbelit-belit (kebiasaan proses di badan legislatif). Belum lagi saat perjuangan selanjutnya di Jakarta juga akan menguras energi baik tenaga maupun (biasanya) dana yang tak sedikit. Tapi, kita harus tetap optimis dan terus berjuang.
di poskan oleh A. Rahman Masiga (Ketua II DPPK Insel)